Ambon – Dalam upaya memperkuat kapasitas dan spiritualitas para pelayan khusus, Majelis Jemaat GPM Rumahtiga menggelar Penataran Majelis Jemaat yang berlangsung selama dua hari, 3 dan 4 April 2025. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari komitmen gereja untuk memastikan pelayanan yang lebih terarah, terstruktur, dan mengakar pada pemahaman teologis serta peraturan gerejawi yang kuat.
Penataran ini menghadirkan pemateri dari MPH Sinode GPM, MPK GPM Pulau Ambon Utara, dan Lembaga Pembinaan Jemaat (LPJ) GPM, yang membawakan materi-materi strategis seperti Peraturan Pokok Penggembalaan dan Peraturan Organik tentang Tata Cara Penggembalaan, Uraian Tugas dan Tata Laksana Badan-Badan Pelayanan Gereja, serta Spiritualitas Panggilan. Tak hanya itu, peserta juga dibekali dengan teknik menyusun renungan, membawakan Pemahaman Alkitab (PA), memimpin diskusi, hingga melakukan meditasi rohani.
Ketua Majelis Jemaat GPM Rumahtiga, Pendeta Ari Maitimu, dalam sambutannya menegaskan bahwa penataran ini merupakan bagian penting dari proses pembinaan pelayan khusus. “Gereja tidak bisa berjalan hanya dengan niat baik dan semangat saja. Pelayan khusus harus tahu aturan main, memahami struktur, serta mendalami spiritualitasnya. Itulah yang menopang seluruh bentuk pelayanan yang sejati,” tegas Maitimu. Ia menambahkan bahwa gereja masa kini dihadapkan pada kebutuhan pelayanan yang makin kompleks dan tidak bisa dijawab hanya dengan pengetahuan lama atau pengalaman semata. “Pelayan khusus harus terus diasah—dalam pemahaman, teknik, dan spiritualitasnya. Maka penataran ini bukan sekadar agenda, tapi kebutuhan nyata,” katanya.

Suasana penataran berlangsung dinamis. Para pemateri tidak hanya memberikan paparan normatif, tetapi juga mengajak peserta berdiskusi dan berlatih secara langsung. Materi spiritualitas panggilan, misalnya, dikemas dengan pendekatan reflektif yang mendorong peserta mengenali ulang motivasi dan komitmennya dalam melayani.
Dalam sesi teknik membawakan PA dan renungan, peserta diberi kesempatan mempraktikkan langsung penyusunan materi hingga penyampaian di depan forum. Materi ini mendapat respons antusias karena sangat aplikatif dan relevan dengan tugas pelayanan di jemaat. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat ditransformasikan secara konkret dalam kehidupan bergereja.
(GP)